BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya pembangunan nasional yang sedang digalakkan pada saat ini adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan nasional tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah semata seperti ; sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan sebagainya, ataupun pemenuhan kebutuhan rohaniah, seperti pendidikan, rasa aman, rasa adil dan sebagainya.
Akan tetapi seluruh masyarakat Indonesia harus memepunyai keselaran yang seimbang antara keduanya. Dan pembanguan itu harus merata serta benar – benar dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang sesuai dengan tujuan dan cita – cita kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu setiap pembangunan harus mampu menghasilkan manusia – manusia yang handal, yakni manusia – manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Akan tetapi seluruh masyarakat Indonesia harus memepunyai keselaran yang seimbang antara keduanya. Dan pembanguan itu harus merata serta benar – benar dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia sebagai perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang sesuai dengan tujuan dan cita – cita kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu setiap pembangunan harus mampu menghasilkan manusia – manusia yang handal, yakni manusia – manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran pada petikan yang di coba oleh penulis untuk memberikan motivasi belajar adalah sebagai salah satu pendidikan mental yang di berikan atau di tanamkan kepada setiap kepribadian seseorang yang berbeda-beda sehingga dapat tumbuh dengan rasa optimis yang tinggi dan tidak mudah untuk mengatakan atau memutuskan menyerah dengan apa yang dihadapi dalam menggapai sesuatu hal yang berharga dan patut untuk diperjuangkan dengan ikhtiar yang merupakan proses pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat, menuntut setiap penganut ajaran agama dapat menjalakan perannya sebagai umat beragama yang taat. Karena di setiap agama dimana pun mengajarkan untuk tidak mudah berputus asa dalam setiap perjuangan yang telah dilakukan. Pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar adalah merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok itu sendiri. Karena dengan adanya pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar akan mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, juga mampu untuk mengembangkan potensi diri agar menjadi manusia yang tidak mudah putus asa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri. Hal ini dilakukan karena sudah berkurangnya mental di masyarakat itu sendiri maupun mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok, maka dengan adanya pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar sebagai pembelajaran mental yang akan membentuk kepribadian seseorang maka diharapkan dapat membuat seluruh masyarakat termasuk elemen generasi muda serta mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok agar dapat memperbaiki mentalnya dan menambah akhlak serta mempunyai keterampilan atau keahlian yang baik.
Kegiatan pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar kepada setiap generasi muda di masyarakat serta mahasiswa di kampus, bertujuan untuk :
1. Membuat seluruh mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok menjadi seseorang yang tidak mudah putus asa, giat berusaha, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, ber ilmu, cakap, kreatif dan mandiri.
2. Memberikan motivasi belajar kepada seluruh mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok pada khususnya agar memiliki peran dan tanggung jawab terhadap lingkungan, keluarganya, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Membekali mahasiswa dengan sejumlah motivasi belajar sehingga menumbuhkan mental yang kuat dalam kepribadannya yang diharapkan dapat menjadikan mahasiswa lebih berdaya saing tanpa harus kehilangan mental dan jati dirinya.
Atas pertimbangan di atas, maka penulis mencoba menggambarkan pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar dalam membentuk mental yang tertanam kokoh dalam kepribadian setiap generasi muda agar dalam melakukan setiap usaha harus tetap dan niat berjuang sehingga tidak mudah putus asa dan menyerah bila mengadapi kegagalan dalam melakukan atau mewujudkan suatu hal yang ingin di gapai. Sehingga akan dijelaskan dalam karya ilmiah ini dengan judul “Cara Jitu Membangkitkan Motivasi Belajar“.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada saat melihat mental setiap masyarakat termasuk generasi muda dalam membangkitkan motivasi belajar, maka gejala yang nampak berkaitan dengan mental yang dimiliki oleh setiap mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok dan masyarakat luas khususnya generasi muda melalui karya ilmiah yang di buat ini untuk mengkaji motivasi dalam belajar di lingkungan kampus maupun di masyarakat antara lain sebagai berikut :
1. Masih rendahnya kesadaran dan peran aktif mahasiswa untuk membangun motivasi belajar pada dalam dirinya untuk memacu semangat yang harus terus berkobar untuk tidak mudah menyerah dan always not give up for life with everything do problem.
2. Adanya faktor – faktor yang menpengaruhi motivasi terhadap pembangunan mental yang terbentuk agar tidak mudah menyerah serta membangkitkan motivasi belajar.
3. Apa saja teori yang di pakai untuk membangkitkan motivasi sehingga dapat membentuk mental kepribadian yang tidak mudah putus asa dan tidak menyerah sehingga seluruh mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok dan seluruh generasi muda dapat bangkit dan tetap semangat walaupun menemukan atau menghadapi suatu halangan atau kegagalan.
4. Upaya membentuk motivasi belajar kepada setiap masyarakat, khususnya ruang lingkup generasi muda dan mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok.
I.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada idetifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka penulis merumuskan masalah yang terdapat dalam membangkitkan motivasi belajar kepada generasi muda dan mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok sebagai berikut : “ Bagaimanakah Cara Jitu Membangkitkan Motivasi Belajar Kepada Generasi Muda dan Mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok“.
I.4 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari pembuatan makalah Bahasa Indonesia tentang “ Bagaimanakah Cara Jitu Membangkitkan Motivasi Belajar Kepada Generasi Muda dan Mahasiswa UNIVERSITAS GUNADARMA Depok“, ialah Masih rendahnya kesadaran dan peran aktif mahasiswa untuk membangun motivasi belajar pada dalam dirinya untuk memacu semangat yang harus terus berkobar serta dituntut untuk tidak mudah menyerah dan always not give up for life with everything do problem. Karena didunia ini penuh dengan persaingan yang ketat oleh sebab itu, khususnya generasi muda dan para mahasiswa dituntut sedini mungkin agar dapat menyesuaikan diri, di zaman era globalisasi ini yang semakin berkembang pesat. Serta para generasi muda agar tidak mudah tergerus oleh zaman yang semakin berkembang dari waktu-kewaktu.
I.5 Kegunaan Pembahasan
Mempengaruhi motivasi para generasi muda dan khususnya para mahasiswa terhadap pembangunan mental yang terbentuk agar para generasi muda tidak mudah menyerah serta membangkitkan motivasi belajar. Jadi, jika ada suatu hal yang mengakibatkan kegagalan atau ketidaksempurnaan didalam hidupnya dapat secara cepat di minimalisir dengan semangat yang dibangun didalam dirinya.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Motivasi
II.1.1 Pengertian Motivasi secara Umum
Beberapa pengertian motivasi secara umum antara lain:
· Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarah kepada seseorang dalam tindakan-tindakannya ke arah secara negatif atau positif.
· Motivasi adalah suatu bentuk dorongan hati yang menjadi penggerak utama seseorang.
· Motivasi adalah stimulasi atau semangat akibat rangsangan terhadap sesuatu yang benar-benar diingini.
· Motivasi merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
II.1.2 Pengertian Motivasi menurut pendapat ahli
Beberapa pengertian motivasi yang dapat diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:
· Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr. Donald : 1950).
· Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman : 2000)
· Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986)
· Motivasi adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995)
II.2 Pengertian Belajar
II.2.1 Pengertian Belajar secara Umum
Beberapa pengertian belajar secara umum antara lain sebagai berikut:
· Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.
· Belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
· Belajar adalah Memperoleh Perubahan Tingkah Laku
· Belajar adalah suatu Proses untuk mencapai tujuan
II.2.2 Pengertian Belajar menurut pendapat Ahli
Beberapa pengertian belajar yang dapat diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:
· Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
· Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
· Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
· Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
· Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
· Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
II.3 Jenis-Jenis Motivasi
II.3.1 Jenis Motivasi secara Umum
· Motivasi Intristik
Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa/orang itu sendiri.
· Motivasi Ekstrinsik
Motivasi : Dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan tersebut datang dari luar individu yang bersangkutan. Jadi orang itu dirangsang dari luar.
II.3.2 Jenis Motivasi menurut pendapat ahli
Jenis-jenis motivasi menurut Malayu S.P Hasibuan (2003:99), adalah sebagai berikut :
· Motivasi positif (insentif positif)
Manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja pegawai akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja
· Motivasi negatif (insentif negatif)
Manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukumn kepada mereka yang kerjanya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi ini semangat kerja dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut dihukum, tetapi dalam jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.
II.4 Teori Motivasi
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
II.4.1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs),
seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs),
tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
(3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
* Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
* Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
* Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
II.4.2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
(1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
(2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
(3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
II.4.3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
* Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
* Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
* Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
II.4.4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
II.4.5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
* Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
* Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
* Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
* Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
* Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
* Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
II.4.6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
(b) tujuan-tujuan mengatur upaya;
(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
II.4.7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.
II.4.8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
II.4.9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
(a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
(b) harga diri;
(c) harapan pribadi;
(d) kebutuhaan;
(e) keinginan;
(f) kepuasan kerja;
(g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
(a) jenis dan sifat pekerjaan;
(b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
(c) organisasi tempat bekerja;
(d) situasi lingkungan pada umumnya;
(e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
II.5 Faktor yang mempengaruhi Motivasi
Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi., misi dan tujuan yang ditetapkan
tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota..
Tantangan
Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut "fight atau
flight syndrome". Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara naluri
manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan
tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan
yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.
Keakraban
Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain,
setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling
menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara
hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting
karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan
komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.
Tanggungjawab
Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu
tanggungjawab. Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas
untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Team yang diberi
tanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memiliki
motivasi kerja yag tinggi.
Kesempatan untuk maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri,
mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju
kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasa
bahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukan
hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang
tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan
nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.
Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan
penting dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan
dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi team untuk bekerja dengan
tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga dapat memahami 6
faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas.
II.6 Upaya Menumbuhkan Motivasi
Ada beberapa cara yang dapat kita pakai untuk menumbuhkan motivasi diri yang kuat pada diri kita, antara lain :
1. Mempunyai cita-cita/keinginan terhadap sesuatu
2. Ada target yang ingin di capai
3. Membuka komunikasi dan interaksi yang luas.
Kepercayaan pada diri sendiri harus kita bangun sebagai bagian dari pencitraan diri yang harus kita miliki. Sudah barang tentu kepercayaan pada diri sendiri harus ditempatkan secara proporsional, sehingga justru tidak berdampak negatif. Percaya diri yang terlalu berlebihan akan melahirkan kesombongan yang pada akhirnya akan berdampak kontraproduktif.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka secara keseluruhan dapat disimpulkan sebagai berikut:
· Belajar merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kepribadian kita. Pembentukan kepribadian atau tingkah laku seseorang, dapat terbentuk dari proses belajar tersebut.
· Untuk meningkatkan motivasi belajar, hal pertama yang sangat mempengaruhi berasal dari diri kita sendiri, kemudian disertai dengan bantuan lingkungan dan keluarga atau sahabat.
III.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan untuk meningkatkan motivasi belajar adalah tetap percaya diri, percaya akan kemampuan bahwa kita pasti bisa melakukan hal terbaik demi mencapai target yang kita inginkan. Serta tetap semangat dan interaksi komunikasi yang luas. Apabila menemukan suatu kegagalan, itu adalah awal dari keberhasilan. Oleh karena itu, kita tidak boleh langsung menyerah.
DAFTAR PUSTAKA
http://74.125.153.132/search?q=cache:2P7vvh3upGAJ:www.whandi.net/index.php%3Fpilih%3Dnews%26mod%3Dyes%26aksi%3Dlihat%26id%3D41+pengertian+belajar&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
http://cafestudi061.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-belajar-dan-perubahan-perilaku-dalam-belajar/
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/10/jenis-jenis-motivasi.html
http://www.gsn-soeki.com/wouw/a000456.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar